Rabu, 07 Mei 2008

ANALOG - TO - DIGITAL CANVERSION

ANALOG - TO - DIGITAL CANVERSION





Gambar Konversi Analog-to-Didital

Metoda yang dipakai pada pendigitalan sinyal analog:
1. Pulse Amplitude Modulation (PAM)
2. Pulse Code Modulation (PCM)
PAM telah dipakai pada banyak aplikasi, namun tidak berdiri sendiri dalam pemakaiannya di komunikasi data. PAM sebagai langkah pertama sebelum menjadi metoda lainnya disebut PCM.

1. Pulse Amplitude Modulation (PAM)

Teknik ini mengambil sinyal analog, menculiknya (supling) dan membangkitkan sederetan pulsa. Pencuplikan berarti mengukur amplitude sinyal pada interval/level yang sama. Disini dipakai metode yang dinamakan sample and hold.

2. Pulse Code Modulation (PCM)

Rangkaian PCM

Pulse Code Modulation (PCM) didasarkan atas teori sampling, yang menyataka:

Bila suatu sinyal f(t) disampel pada waktu interval teratur dan pada rate yang lebih tinggi dua kali dibanding frekuensi sinyal tertinggi, maka sampel tersebut memuat segala informasi dari sinyal yang asli. Fungsi f(t) bisa direkonstruksi dari sampel-sampel ini dengan penggunaan Penyaring Lolos Rendah (low-pass filter)
Bagi pembaca yang tertarik, disediakan sebuah bukti di Lampirkan 5.A. Bila data suara
Digitalisasi
Konversi dari data analog ke data digital
Data digital dapat ditransmisikan dengan menggunakan NRZ-L
Data digital dapat ditransmisikan dengan menggunakan code selain NRZ-L
Data digital dapat dirubah menjadi sinyal analog
Konfersi analog ke digital menggunakan code
Pulse code modulation

Modulasi delta


Pulse Code Modulation (PCM)
Jika sinyal diambil pada interval regular kecepatannya lebih tinggi daripada kedua sinyal frekuensi, sample menahan banyak informasi pada sinyal original – (Proof - Stallings appendix 4A)
Batas data voice(suara) sampai 4000Hz
Membutuhkan 8000 sample tiap detik
Sample-sample analog (Pulse Amplitude Modulation, PAM)
Tiap sample diberikan nilai digital
Sistem 4 bit memberi 16 level
Kualitas
- Kualitas error atau noise
- Aproksimasi berarti tdk mungkin utk mendpkan kembali sinyal original secara eksak
Kira-kira diartikan dimungkinkan untuk menutup kembali ketepatan original
8 bit sample memberi 256 level
Perbandingn kualitas dengan transmisi analog
8000 samples tiap detik pada tiap 8 bit memberi 64kbps

PULSE CODE MODULATION-30

Fungsi PCM 30 :

1. Coder (Konverter A/D) :
Mengubah sinyal analog (dengan frekwensi suara 300 - 3400 Hz) menjadi sinyal digital 64 Kbit/s..
2. Multiplexing :
Menggabungkan 30 kanal sinyal digital 64 kbps paralel menjadi satu deretan sinyal unipolar 2048 Kbit/s NRZ.
3. Line Coding :
Mengubah sinyal unipolar 2048 Kbps NRZ menjadi sinyal bipolar 2048 Kbps HDB-3..

Aplikasi PCM - 30

1. Menghubungkan Sentral Analog dengan Multiplex Digital Order Tinggi
2. Menghubungkan Sentral Analog dengan Sentral Analog
3. Menghubungkan Sentral dengan RK
4. Menghubungkan Sentral Digital dengan Perangkat Transmisi Analog
5. Menghubungkan Terminal Data dengan Perangkat Multiplex digital Order Tinggi

Kuantisasi.
a. Proses Pemberian harga terhadap sinyal PAM; yang besarnya sesuai dengan
harga tegangan pembanding terdekat.
b. Setiap pulsa akan diletakan kedalam polaritas positif atau polaritas negatif.
c. Setiap polaritas dibagi menjadi beberapa segment/sub segment(interval).
d. Kuantisasi ada 2 macam :
- Uniform (Linear)
- Non-uniform (Non-linear)

Coding
Mengubah sinyal PAM menjadi sinyal digital (A – D Converter).

Pada PCM-30 berlaku Hukum Companding-A :

a. Setiap pulsa PAM ditempatkan pada polaritas positif atau negatif; dan ditandai dengan huruf “S”:
- Untuk Polaritas Positif S = 1
- Untuk Polaritas Negatif S = 0
b. Setiap polaritas dibagi menjadi 8 segment; segment ke -0 s/d 7, dan ditandai dengan
huruf “ABC”.
c. Setiap segment dibagi menjadi 16 sub- segment (interval); interval ke-0 s/d 15, dan ditandai dengan huruf “WXYZ”.

Sehingga setiap pulsa PAM akan diubah menjadi sinyal digital dengan susunan bit-bitnya sbb. :

Dalam kaitan dengan proses kuantisasi dan coding ini, dikenal adanya
hukum companding; dan didalam PCM-30 berlaku Hukum Companding
“A”, yang mempunyai aturan sbb. :

1. Meletakan sinyal kedalam 2 polaritas; yaitu polaritas positive, yang ditandai dengan satu digit “1”; atau polaritas negative yang ditandai dengan satu digit “0”.

2. Setiap Polaritas dibagi menjadi 8 segment; yang ditandai dengan tiga digit “0” dan/atau “1”, dengan no. mulai dari “0” s/d “7”.

3. Setiap segment dibagi lagi menjadi 16 subsegment, atau interval; dan ditandai dengan empat digit “0” dan/atau “1”, dengan no. mulai dari “0” s/d “15”.

Multiplexing

a. Prinsip : Time Division Multiplexing
b. Metode : “Word-by-Word Interleaving” atau “Byte-by-byte Interleaving”; atau “Cyclic Word Interleaving” atau “Cyclic Byte Interleaving
c. Menggabungkan :
- 30 kanal telepon 64 kbps,
- 1 kanal signalling 64 kbps
- 1 kanal FAS 64 kbps.
Menjadi satu deretan sinyal serial 2048 Kbps.
d. Setiap kanal menempati satu “Time Slot” (TS) :
- TS-0 untuk FAS/Alarm
- TS-1 s/d TS-15 untuk kanal telepon 1 s/d 15
- TS-16 untuk Signalling
- TS-17 s/d TS-31 untuk kanal telepon 16 s/d 30 .

Struktur Frame PCM-30.

- Satu Multi Frame, dengan panjang waktu 1 Multi Frame 2 mS
- Enam belas Frame, dengan panjang waktu 1 Frame 125 μS
- 32 TS/Frame, dengan panjang waktu 1 TS 3,9 μ S
- 8 Bit/TS, dengan panjang waktu 1 bit 488 nS
- Jumlah bit/Frame 256 bit
- Jumlah bit/Multi Frame 4096 bit
- Bit FAS sebanyak 7 bit ( 0011011); bit-2 s/d 8 TS-0, Frame-frame genap (frame- 0, 2, 4, dstnya.)
- Bit MFAS sebanyak 4 bit, dengan susunan 0000; terletak pada bit-1 s/d 4 TS- 16, Frame-0.
- Bit Signalling (4 bit/kanal); pada bit-1 s/d 4, dan bit-5 s/d 8 TS-16, Frame-1 s/d Frame-15.
- Bit Alarm (A1) sinyal 2 Mbit/s terletak pada bit-3 TS-0, Frame-frame ganjil (1, 3,5 dstnya).
- Bit Alarm (A2) sinyal 64 Kbit/s (Signalling) terletak pada bit-6 TS - 16, Frame-0.



Konversi sinyal unipolar NRZ 2048 Kbps menjadi sinyal HDB-3 :
a. Digit “1” dikodekan menjadi tegangan positif atau negatif bergantian, yang polaritasnya selalu berlawan dengan digit “1” sebelumnya.
b.Digit-0 dikodekan menjadi tegangan 0 volt.
c.Deretan digit “0” berturutan maksimum 3 buah.
d. Jika digit “0” berturutan > 3; maka digit “0” ke-4 atau kelipatannya harus diubah menjadi bit “VIOLASI”, yang polaritasnya sama dengan polaritas bit “1” sebelumnya.
e. Jika sebelum bit-V ada bit-1 genap, atau tidak ada bit-1 nya; maka bit-0 pertama dari setiap 4 bit-0 harus diubah menjadi bit-1 tambahan, yang polaritasnya berlawanan dengan bit “1” sebelumnya.

PCM - 30 Arah Terima

1) Fungsi Line Coding :
Konversi sinyal 2048 Kbit/s HDB-3 menjadi sinyal 2048 Kbit/s NRZ.

2) Fungsi Demultiplexing :
Memisah sinyal serial 2048 Kbit/s NRZ menjadi 30 kanal sinyal digital 64 kbps paralel.

3) Fungsi Decoder (Konverter D/A) :
Konversi sinyal digital 64 Kbit/s menjadi sinyal analog (frekwensi suara 300 - 3400 Hz).

Cara Kerja PCM – 30 Arah Terima:

Line Coding.
Mengubah sinyal 2048 Kbit/s HDB-3 menjadi sinyal 2048 Kbit/s unipolar NRZ :
a. Setiap deretan bit 1+0 0 1+ atau 1-0 0 1- akan dikonversi menjadi deretan bit 0 0 0 0.
b. Setiap deretan bit 1+0 0 0 1+ atau 1-0 0 0 1- akan dikonversi menjadi deretan bit 1 0 0 0 0.

Demultiplexing.
Memisah satu sinyal serial 2048 Kbit/s NRZ menjadi 32 kanal sinyal digital 64 kbps paralel :
a. 30 kanal telepon 64 kbps,
b. 1 kanal signalling 64 kbps
c. 1 kanal FAS 64 kbps.

Decoder (Konverter D/A) :

Konversi sinyal digital 64 Kbit/s menjadi sinyal analog dalam bentuk PAM.
4. Filtering.
Low Pass Filter (LPF) akan membangun kembali dari bentuk sinyal PAM menjadi bentuk sinyal sinusoidal murni.
LPF ini hanya melewatkan komponen frekwensi 3400 Hz kebawah.


Generator Timing Clock.

Generator Timing Clock berfungsi untuk membangkitkan timing clock yang dibutuhkan untuk seluruh proses pada PCM-30 pada arah terima.
Sumber dari generator timing clock adalah dari stasiun lawan, yang diterima bersamaan dengan sinyal informasi 2048 Kbps, sehingga clock timing antara penerima dan pengirimnya selalu sinkron dibatasi berfrekuensi dibawah 4000 Hz, prosedur lama dapat menjelaskannya, 8000 sampel per detik akan cukup mampu mengkarakteristikkan sinyal suara dengan lengkap. Patut dicatat, bagaimanapun juga, bahwa ini merupakan sampel-sampel analog, yang disebut sebagai sampel Pulsa Amplitudo Modulasi (PCM). Untuk mengubah menjadi digital, masing-masing sampel analog ini harus ditandai dengan suatu kode biner. Gambar 5.10 menunjukkan contoh di mana masing-masing sampel didekati dengan terkuantisasi menjadi satu dari 16 level yang berbeda. Kemudian masing-masing sampel ditunjukkan melalui 4 bit. Namun karena nilai-nilai yang di kuantisasi merupakan perkiraan, tidak mungkin bisa mewakili sinyal yang asli dengan sangat tepat. Dengan menggunakan sampel 8-bit, yang memungkinkan 256 level kuantisasi, mutu sinyal suara yang diwakili mampu dibandingkan dengan sinyal suara yang diperoleh melalui transmisi analog. Patut dicatat bahwa hal ini menyatakan secara tidak langsung bahwa rate data 8000 sampel per detik x 8 bit per sampel = 64 kbps diperlukan untuk sinyal suara tunggal. Jadi, PCM memulai dengan suatu waktu-kontinu, sinyal amplitudo-kontinu (analog), dari mana sinyal digital dihasilkan. Sinyal digital terdiri dari blok-blok n bit, dimana setiap bilangan bit n adalah amplitudo pulsa PCM. Pada penerima, proses ini dibalik agar menghasilkan sinyal analog. ingat, bagaimanapun juga, proses ini melanggar perihal teori pengambilan sampel. Dengan mengkuantisasi pulsa PAM, sinyal yang asli sekarang hanya pendekatannya dan tidak dapat diperbaharui dengan tepat. efek ini dikenal sebagai. Error Terkuantisasi atau Derau kuantisasi. Perbandingan sinyal-terhadap-derau untuk derau kuantisasi dapat dinyatakan sebagai [GIBS93].


Jadi, masing-masing bit tambahan yang dipergunakan untuk kuantisasi meningkatkan SNR kira-kira 6 dB, yang merupakan faktor 4. Biasanya, skema PCM diperhalus menggunakan teknik yang disebut pengkodean nonlinear, yang artinya bahwa level-level kuantisasi tidak dipergunakan sama. Problem yang didapat bila sinyal diperlakukan sama adalah membuat rata-rata error absolut untuk setiap sampel juga sama, tanpa memperhatikan level sinyal. Akibatnya, nilai-nilai amplitudo yang lebih rendah relatif lebih terdistorsi. Dengan memperbesar jumlah langkah-langkah kuantisasi untuk sinyal-sinyal beramplitudo rendah, serta memperkecil jumlah langkah-langkah kuantisasi untuk sinyal beramplitudo besar, dapat diperoleh pengurangan yang nyata di semua distorsi sinyal (misalnya, lihat Gambar 5.11)Efek yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan kuantisasi yang seragam tetapi juga melakukan Companding (penyingkatan diperluas) dari sinyal analog input. Companding adalah proses mempersingkat rentang intensitas sebuah sinyal dengan penambahan lebih banyak penguat untuk sinyal-sinyal yang lemah dibanding terhadap sinyal yang kuat pada input. Pada output operasi Pembalikan digunakan. Gambar 5.12 adalah sebuah contoh fungsi companding.Pengkodean nonlinear secara signifikan meningkatkan rasio PCM SNR. Untuk sinyal-sinyal suara, peningkatan sebesar 24 sampai 30 dB diperoleh.

Gambar. Effect of Non-Linear Coding

Gambar Jenis Fungsi Companding



Gambar. PCM Block Diagram



Kamis, 01 Mei 2008

here

Selasa, 29 April 2008

PENGKODEAN SINYAL

Unipolar

  • Arus mengalir satu arah , dan perubahan arah putar motor tergantung dari lilitan (koil) yang dialiri arus

  • Lilitan terpisah dalam 2 bagian dan masing-masing bagian hanya dilewati arus dalam satu arah saja.

Kelemahan jenis Bipolar adalah bahwa rangkaian drivernya lebih kompleks, karena harus dapat mengalirkan arus dalam 2 arah (bolak-balik) lewat koil yang sama.

Inti rangkaian sebenarnya adalah sebuah buffer arus yang berfungsi menguatkan arus-arus logika dan MCU yang menggerakkan motor stepper.

Buffer ini dibentuk dengan menggunakan 2 transistor Bipolar NPN dalam konfigurasi Darlington untuk

menghasilkan penguat arus (hfe) yang tinggi.


Menggunakkan 2 buah rangkaian darlington

Bipolar

Mengacu pada transistor biasa atau IC yang bertentangan dengan komponen MOS dan CMOS.

Bipolar Memory

Memori komputer yang memakai IC bipolar sebagai bagian dari memorinya.

Algoritma Pembangkitan Salah Bit.

Pada penulisan ini didefinisikan transmisi tanpa modulasi dan format sinyal

adalah bipolar dimana bit 1 mewakili tegangan V volt dan bit 0 mewakili tegangan –V

volt. Bila bit 1 dikirim, error terjadi jika noise positip dengan tegangan lebih besar

dari pada V. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut. Untuk sinyal dengan format

bipolar, bit 1 mewakili tegangan V volt dan bit 0 mewakili tegangan – V volt,

mempunyai tegangan Treshold sebesar :

Vth =

2

) ( V V . + (3.5)

= 0 volt

Gambar 3.4 memperlihatkan format sinyal bipolar:

Apabila bit 1 dikirim maka error akan terjadi jika tegangan lebih kecil dari harga

Treshold ( 0 Volt ). Tegangan akan lebih kecil dari 0 volt jika noise negatip dengan

tegangan lebih kecil dari –V. Apabila bit 0 dikirim maka error akan terjadi jika

tegangan lebih besar dari harga Treshold (0 Volt). Tegangan akan lebih besar dari 0

jika noise positip dengan tegangan lebih besar dari +V.

Karena parameter yang dipakai didalam program adalah Signal to Noise ratio

(S/R) dan yang akan dicari adalah tegangan (V), maka perlu dibuat suatu hubungan

antara tegangan dan variansi dengan signal noise. Didefinisikan tegangan kuadrat

(V2) sama dengan daya sinyal (S) karena seolah-olah tegangan dc dan σ2 sama

dengan daya noise (N). Dari definisi tersebut dapat dibuat suatu persamaan yaitu :

N

S V = 2

2

σ

(3.6)

Bila σ2 = 1 maka persamaan (3.6) menjadi :

V2 =

N

S

(3.7)

Pada penulisan ini diasumsikan noise adalah Gaussian dengan rataan 0 dan

variansi σ2. Oleh karena asumsi noise adalah Gaussian maka dalam simulasi ini

diperlukan pembangkit bilangan acak Gaussian dengan rataan = 0. Karena telah

didefinisikan bahwa variansi = 1 maka dalam simulasi diambil harga variansi = 0.

Implementasi program pembangkitan bilangan acak yang terdistribusi

Gaussian dengan rataan = 0 dan variansi = 1 adalah sebagai berikut :

Var

v1, v2, v3, v4 : real;

Begin

Repeat

v1:=2.0*Random-1;

v2:=2.0*Random-1;

v3:=v1*v1+v2*v2;

Until v3<=1.0

v4:=sqrt((-2*ln(v3)/v3);

u:=v1*v4

End;

Diagram alir pembangkitan salah bit diperlihatkan pada gambar 3.5.

Proses pembangkitan salah bit dimulai dengan memberikan nilai Signal to

Noise Ratio (SNR) yang diinginkan. Dari harga Signal to Noise Ratio dihitung

besarnya tegangan (V) dengan menggunkan persamaan 3.7. Kemudian dibangkitkan

sample noise (u) yang berupa bilangan acak berdistribusi Gaussian dengan rataan 0

dan variansi = 1.

Setelah itu diambil bit-bit yang keluar dari encoder dimana tiap yang diambil

dibandingkan dengan tiap sample noise yang dibangkitkan. Berdasarkan sample

noise dan bit-bit yang keluar dari encoder diputuskan apakah terjadi atau tidak. Bila

yang diambil adalah bit 1, error terjadi jika sample noise negatip dengan tegangan

lebih kecil dari –V. Bila yang diambil adalah bit –0, error terjadi jika noise positip

dengan tegangan lebih besar dari +V. Jika terjadi error, bit tersebut di invert yakni

bit 1 menjadi bit 0 dan bit 0 menjadi bit 1.


Rangkaian Darlington untuk mengatur jumlah arus pada motor stepper

Keuntungan rancangan biphase :

• Synchronisasi : karena adanya transisi selama tiap bit time, receiver dapat men-synchron-kan pada transis tersebut atau dikenal sebagai self clocking codes.

• Tidak ada komponen dc.

• Deteksi terhadap error : ketiadaan dari transisi yang diharapkan, dapat dipakai untuk mendeteksi error.

Kekurangannya :

· memakai bandwidth yang lebih lebar dari pada multilevel binary.

BER Teoritis

Multilevel binary

• Untuk memperoleh BER tertentu, perlu daya 3 dB lebih besar dibandingkan NRZ

Biphase

Kasus Manchester dan differential Manchester

Keunggulan

  • Sinkronisasi: penerima dapat melakukan sinkronisasi pada setiap transisi dalam 1 durasi bit
  • Tanpa komponen dc
  • Deteksi kesalahan: transisi yang tidak terjadi di tengah bit dapat digunakan sebagai indikasi kesalahan

Kelemahan

  • Bandwidth lebih besar dibandingkan NRZ dan multilevel binary Kode Manchester digunakan pada standar IEEE 802.3 (CSMA/CD) untuk LAN dengan topologi bus, media transmisi kabel koaksial baseband dan twisted pair Kode differential Manchester digunakan pada IEEE 802.5 (token ring LAN), media transmisi STP.

Kamis, 03 April 2008

PACKET TRACER

PACKET TRACER

Paket Tracer4.0 adalah suatu standalone, medium-fidelas, simulation-based yng digunakan untuk belajar bagi pemula dalam bidang networking untuk mendisain, mengatur, dan troubleshoot jaringan komputer pada suatu CCNA-LEVEL kompleksitas. Paket Tracer membantu siswa untuk menciptaan instruktur simulasi, visualizations, dan animasi gejala networking.


Pertama kita membuka Packet Tracer kita akan melihat seperti dibawah ini:


Dibawah ini penjelasan dari masing – masing gambar diatas, yaitu :

1. Menu Bar
Bar ini terdiri dari menu File, options, dan help. Anda dapat menemukan perintah dasar seperti Open, Save, Print dan Preferences pada menu ini.Anda juga dapat mengakses wizard aktifitas dari menu file.

2. Main Tool Bar
Bar ini terdiri dari ikon-ikon shortcut pada perintah menu file, mencakup New, Open, Save, Print, dan Acktivity wizard. Disebelah kanan anda juga akan menemukan tombol network information yang mana anda dapat memasukkan deskripsi dari network.

3. Common Tools Bar
Bar ini terdiri dari akses yang biasanya menggunakan workspace tools seperti Select, Move Layout, Place note, Delete, Inspect, Add Simple PDU, dan Add Complex PDU.

4. Logical/Physical Workspace Bar
Bar ini terdiri atas Physical workspace dan logical workspace. Untuk kelanjutannya anda dapat memilih salah satu workspacenya sesuai dengan network yang akan dibuat.

5. Workspace
Area ini digunakan untuk membuat network anda, melihat simulasi, dan melihat berbagai informasi dan statistic.

6. Realtime/Simulation Bar
Dalam bar ini terdapat realtime mode dan simulation mode untuk mensimulasikan network yang anda buat.

7. Network Component Box
Kotak ini terdiri dari alat dan penghubung yang akan dimasukkan pada workspace.

8. Device-Type Selection Box
Kotak ini berisi jenis alat dan penghubung yang tersedia di Packet Tracer 4.0. kotak device –spesific selection akan berubah tergantung dengan jenis alat yang anda klik/ pilih.

9. Device-Specific Selection Box
Kotak ini akan berisi jenis-jenis alat yang sesuai dengan alat yang anda pilih pada device type selection box

10. User Created Packet Window*
Window ini mengatur packet yang anda masukkan ke network selama skenario simulasi .


Cara mnggunakan Packet Tacer 4.0.

Cari PC pada Device-Type Selection Box kemudian cari jenis PC yang kita inginkan Device-Specific Selection Box.
Tarik beberapa PC yang kita butuhkan kedalam workspace.
Cari router,switch,hub,atau access point pada Device-Type Selection Box.
Kemudian pilih salah satu router,switch,hub,atau access point yang sesuai dengan kainginan kita di Device-Specific Selection Box.
Tarik beberapa router,switch,hub,atau access point yang kita butuhkan ke dalam workspace.
Kemudian cari kabel yang cocok kemudian tarik ke PC kemudian tarik ke router,switch,hub,atau access point yang kita gunakan.
Kita harus mengatur IP Address setiap PC terlebih dahulu.

Utuk lebih jelasnya dibawah ini contoh Skema Jaringannya adalah :

Informasi:
· Router Bandung memiliki IP untuk FastEthernet 192.168.1.1/24, dan IP untuk Serial 2/0(terhubung ke Router Moscow) 10.10.1.1/8
· Router Moscow memiliki IP untuk FastEthernet 192.168.2.1/24, dan IP untuk Serial 2/0(terhubung ke Router Bandung) 10.10.2.2/8, dan IP untuk Serial 3/0(terhubung ke Router Bogor) 15.15.1.1/8
· Router Bogor memiliki IP untuk FastEthernet 192.168.3.1/24 dan IP untuk Serial 3/0(terhubung ke Router Moscow) 15.15.2.2/8
· Untuk Setiap PC memiliki IP Kelas C sesuai dengan network yang ada di router(192.168.xxx.xxx) dengan Subnet Mask default(Kelas C 24Bit)
Catatan:Router diatas menggunakan Router Cisco, yang tentunya dengan perintah CISCO IOS
Ini script untuk memberikan IP pada port FastEthernet(dari console router)
router>enable
router#configure terminal
router(config)#interface FastEthernet 0/0 (0/0 merupakan nomor identitas FastEthernet, kalau di Linux, eth0,eth1,dst…)
router(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0 (format: IP Addresssubnet mask)
router(config-if)#no shutdown (perintah ini untuk membuat aktif Interface)
Lakukan yang sama untuk interface FastEthernet pada router yang lain, tentunya dengan IP yang berbeda, and untuk perintah input IP pada interface serial, script-nya hampir sama, hanya ada beberapa penambahan perintah.
router>enable
router#configure terminal
router(config)#interface Serial 2/0 (3/0 merupakan nomor identitas untuk serial)
router(config-if)#ip address 10.10.1.1 255.0.0.0 (format: IP Addresssubnet mask)
router(config-if)#clock rate 56000 (untuk memberikan bandwith pada interface ini, 56000bps)
router(config-if)#no shutdown (perintah ini untuk membuat aktif Interface)
Oke, pasang IP yang ada di semua interface serial pada ketiga router, Untuk interface serial ini, bisa menggunakan kabel/media DCE atau DTE.
Setelah semuanya selesai, beri IP untuk tiap PC yang terhubung langsung ke Router, dan jangan lupa untuk isi kolom gatewaynya dengan IP router-nya. Jangan lupa untuk test ping.
Berbeda dengan Static Routing, RIP tidak perlu menjelaskan ke router(seperti Network Destination, Subnet Mask, Gateway) dan juga tidak perlu mengisi informasi static routing untuk tiap router. RIP hanya perlu mengisikan network tujuan. Di Router Cisco, perintah untuk memasukkan alamat network berada setelah menu configure(Remember, Menu di Cisco IOS itu hierarki).
Ok, Pada kasus ini, Informasi routing dipasang pada router Moscow, untuk router Moscow, pasang konfigurasi RIP seperti berikut:
router>enable
router#configure terminal
router(config)#router rip
router(config)#network 192.168.1.0
router(config)#network 192.168.2.0
router(config)#network 192.168.3.0
router(config)#network 10.0.0.0
router(config)#network 15.0.0.0
Sedangkan untuk router Bandung cukup beri informasi ke network 10.0.0.0 dan router Bogor ke network 15.0.0.0, Mengapa? kedua router tersebut(Bandung dan Moscow) cukup mengirim informasi ke Router Moscow, biarkan router Moscow yang mengatur semuanya.
Terakhir, coba test ping dan traceroute ke network yang berbeda… Kalau reply atau ada jawaban. Berarti It Works!!!



Test Ping dari Network 192.168.1.0

Test Traceroute dari Network 192.168.3.0
Kemudian tarik add simple PDU ke salah satu PC dan bawa lagi ke PC yang lainnya.
Klik Realtime/Simulation Bar kemudian klik auto capture/play untk menjalankan jaringan.
Kita akan melihat gambar kotak surat akan berjalan menuju PC yang satu ke PC yang lainnya.